Sabtu, 01 Juni 2013

Media Pembelajaran ASSURE Oleh Rahmad Al Qudri (1203731/2012)



BAB I
TEORI PEMBELAJARAN DAN MEDIA

A.   Teori – teori Belajar
Belajar adalah suatu proses kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Dalam tautan di bawah ini akan dikemukakan empat jenis teori belajar, yaitu: (I) teori behaviorisme; (II) teori belajar kognitif menurut Piaget; (III) teori pemrosesan informasi dari Gagne, dan (IV) teori belajar gestalt.

1.       Teori Behaviorisme
Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.
Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan behaviorisme ini, diantaranya
a.       Connectionism ( S-R Bond) menurut Thorndike.
Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:
-          Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan Stimulus – Respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara Stimulus- Respons.
-          Law of Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pendayagunaan satuan pengantar (conduction unit), dimana unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
-          Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih.
b.      Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov
Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
-          Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
-          Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.
 
c.       Operant Conditioning menurut B.F. Skinner
Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:
-          Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
-          Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.
     Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan. Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning.
d.      Social Learning menurut Albert Bandura
Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational learning adalah sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Berbeda dengan penganut Behaviorisme lainnya, Bandura memandang Perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan. Sebetulnya masih banyak tokoh-tokoh lain yang mengembangkan teori belajar behavioristik ini, seperti : Watson yang menghasilkan prinsip kekerapan dan prinsip kebaruan, Guthrie dengan teorinya yang disebut Contiguity Theory yang menghasilkan Metode Ambang (the treshold method), metode meletihkan (The Fatigue Method) dan Metode rangsangan tak serasi (The Incompatible Response Method), Miller dan Dollard dengan teori pengurangan dorongan.

2.       Teori Belajar Kognitif menurut Piaget
Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor aliran konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori tentang tahapan perkembangan individu. Menurut Piaget bahwa perkembangan kognitif individu meliputi empat tahap yaitu : (1) sensory motor; (2) pre operational; (3) concrete operational dan (4) formal operational. Pemikiran lain dari Piaget tentang proses rekonstruksi pengetahuan individu yaitu asimilasi dan akomodasi. James Atherton (2005) menyebutkan bahwa asisimilasi adalah “the process by which a person takes material into their mind from the environment, which may mean changing the evidence of their senses to make it fit” dan akomodasi adalah “the difference made to one’s mind or concepts by the process of assimilation” Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.

3.       Teori Pemrosesan Informasi dari Robert Gagne
Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu, (1) motivasi; (2) pemahaman; (3) pemerolehan; (4) penyimpanan; (5) ingatan kembali; (6) generalisasi; (7) perlakuan dan (8) umpan balik.

4.       Teori Belajar Gestalt
Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai “bentuk atau konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan.
Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya. Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik. Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.

B.    Teori Media
Belajar adalah suatu proses kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran media merupakan bagian yang  terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah khususnya. Kata media berasal dari bahasa lain yaitu madius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Dalam bahasa arab, media adalah perantara pesan pengirim kepada penerima pesan.
Gerlach dan Ely dalam Azhar (1996) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap dalam pengertian ini, guru, buku teks dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis atau elektronik untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Banyak ahli yang memberikan batasan tentang media pembelajaran. AECT misalnya mengatakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan.
Gagne mengartikan media sebagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang mereka untuk belajar. Senada dengan itu, Briggs mengartikan media sebagai alat untuk memberikan perangsang bagi siswa agar terjadi proses belajar. Keutamaan media pelajaran adalah beragamnya hal yang dapat dijadikan pembelajaran untuk melakukan pemaknaan. Penggunaan media dalam pembelajaran diutamakan sebagai alat bantu yang mampu memberikan informasi secara nyata, konkrit dan sederhana.
Istilah media bahkan sering dikaitkan atau digantikan dengan kata teknologi yang berasal dari kata tekne (bahasa inggris art) dan logos (bahasa Indonesia Ilmu). Menurut Webster dalam Azhar (1996), “art” adalah keterampilan (skill) yang diperoleh lewat pengalaman, studi dan observasi, dengan demikian teknologi tidak lebih dari suatu ilmu yang membahas tentang keterampilan yang diperoleh lewat pengalaman, studi, dan observasi. Bila di hubungkan dengan pendidikan dan pembelajaran, maka teknologi mempunyai pengertian sebagai berikut: perluasan konsep tentang media. Dimana teknologi bukan sekedar benda, alat, bahan atau perkakas, tetapi tersimpul pula sikap pembuatan organisasi dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan ilmu Achsin  dalam Azhar (1996).
Kata media berasal dari kata medium yang secara harfiah artinya perantara atau pengantar. Banyak pakar tentang media pembelajaran yang memberikan batasan tentang pengertian media. Menurut  EACT yang dikutip oleh Rohani  (1997 : 2) “media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk proses penyaluran informasi”. Sedangkan pengertian media menurut Djamarah (1995 : 136) adalah “media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai Tujuan pembelajaran”. Selanjutnya ditegaskan oleh Purnamawati dan Eldarni (2001 : 4) yaitu : “media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga terjadi proses belajar”.
Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang secara harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran. Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Sementara itu, Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Sedangkan, National Education Associaton (1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Dari ketiga pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.
Brown (1973) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad Ke –20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet.
Media memiliki beberapa fungsi, diantaranya :
1.       Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar – gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial.
2.       Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu obyek, yang disebabkan, karena : (a) obyek terlalu besar; (b) obyek terlalu kecil; (c) obyek yang bergerak terlalu lambat; (d) obyek yang bergerak terlalu cepat; (e) obyek yang terlalu kompleks; (f) obyek yang bunyinya terlalu halus; (f) obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan kepada peserta didik.
3.       Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya.
4.       Media menghasilkan keseragaman pengamatan
5.       Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis.
6.       Media membangkitkan keinginan dan minat baru.
7.       Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.
8.       Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak
Terdapat berbagai jenis media belajar, diantaranya:
·         Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik
·         Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya
·         Projected still media : slide; over head projektor (OHP), in focus dan sejenisnya
·         Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya.
Sejalan dengan perkembangan IPTEK penggunaan media, baik yang bersifat visual, audial, projected still media maupun projected motion media bisa dilakukan secara bersama dan serempak melalui satu alat saja yang disebut Multi Media. Contoh : dewasa ini penggunaan komputer tidak hanya bersifat projected motion media, namun dapat meramu semua jenis media yang bersifat interaktif.
Allen mengemukakan tentang hubungan antara media dengan tujuan pembelajaran, sebagaimana terlihat dalam tabel di bawah ini :
                Jenis Media
1
2
3
4
5
6
Gambar Diam
S
T
S
S
R
R
Gambar Hidup
S
T
T
T
S
S
Televisi
S
S
T
S
R
S
Obyek Tiga Dimensi
R
T
R
R
R
R
Rekaman Audio
S
R
R
S
R
S
Programmed Instruction
S
S
S
T
R
S
Demonstrasi
R
S
R
T
S
S
Buku teks tercetak
S
R
S
S
R
S
Keterangan :
R = Rendah S = Sedang T= Tinggi
1 = Belajar Informasi faktual
2 = Belajar pengenalan visual
3 = Belajar prinsip, konsep dan aturan
4 = Prosedur belajar
5= Penyampaian keterampilan persepsi motorik
6 = Mengembangkan sikap, opini dan motivasi

Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Contoh : bila tujuan atau kompetensi peserta didik bersifat menghafalkan kata-kata tentunya media audio yang tepat untuk digunakan. Jika tujuan atau kompetensi yang dicapai bersifat memahami isi bacaan maka media cetak yang lebih tepat digunakan. Kalau tujuan pembelajaran bersifat motorik (gerak dan aktivitas), maka media film dan video bisa digunakan. Di samping itu, terdapat kriteria lainnya yang bersifat melengkapi (komplementer), seperti: biaya, ketepatgunaan; keadaan peserta didik; ketersediaan; dan mutu teknis.
Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan (Bovee, 1997). Media Pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan digunakan untuk menyampaikan  pesan pembelajaran. Pembelajaran adalah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar, dan bahan ajar. Dapat dikatakan bahwa, bentuk komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana untuk menyampaikan pesan. Bentuk-bentuk stimulus dapat dipergunakan sebagai media, di antaranya adalah hubungan atau interaksi manusia, realitas, gambar bergerak atau tidak, tulisan dan suara yang direkam. Maka dengan kelima bentuk stimulus ini, akan membantu pembelajar mempelajari bahan pelajaran. Atau, dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk stimulus yang dapat dipergunakan sebagai media pembelajaran adalah suara, lihat, dan gerakan.
Banyak batasan atau pengertian yang dikemukakan para ahli tentang media, di antaranya adalah: Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of Education and Communication Technology - AECT) di Amerika, membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi. National Education Association (NEA), mengatakan bahwa “media “ adalah bentuk-bentuk komunikasi baik cetak maupun audio-visual serta peralatannya. Gagne (1970), mengatakan bahwa  media adalah berbagai jenis komponen atau sumber belajar dalam lingkungan pembelajar yang dapat merangsang pembelajar untuk belajar. Briggs (1970), mengatakan media adalah segala wahana atau alat fisik yang dapat menyajikan peran serta merangsang, pembelajar untuk belajar. Scramm, mengatakan media adalah teknologi pembawa informasi atau pesan instruksional. Yusuf Hadi Miarso, mengatakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemajuan pembelajar sehingga dapat mendorong terjadinya prdoses belajar pada diri pembelajarnya. Maka secara umum media adalah “ alat bantu “ yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah sarana pendidikan yang dapat digunakan sebagai perantara dalam proses pembelajaran untuk mempertinggi efektifitas dan efesiensi dalam mencapai tujuan pengajaran. Dalam pengertian yang lebih luas media pembelajaran adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan omunikasi dan interaksi antara pengajar dan pembelajar dalam proses pembelajaran di kelas.
Dengan demikian, kalau ada teknologi pembelajaran produktif penjualan misalnya, maka itu akan membahas masalah bagaimana kita memakai media dan alat bantu dalam proses mengajar produktif penjualan, akan membahas masalah keterampilan, sikap, perbuatan, dan strategi mengajar produktif penjualan. Suatu konsep lain yang sangat berkaitan dengan media pembelajaran adalah istilah sumber belajar. Bagaimana kaitan antara media belajar dengan sumber belajar? Sumber belajar memiliki cakupan yang lebih luas daripada media belajar. Sumber belajar bisa berupa pesan, orang, bahan, alat, teknik dan latar/lingkungan. Jadi yang dinamakan media sebenarnya adalah bahan dan alat belajar tersebut. Bahan sering di sebut  perangkat lunak (software), sedangkan alat juga di sebut sebagai perangkat keras (hardware).
Transparansi program kaset audio dan program video adalah beberapa contoh bahan belajar. Bahan belajar tersebut hanya berupa   bisa disajikan jika ada alat, misalnya berupa OHP, Radio Cassette dan Video Player. Jadi salah satu atau kombinasi perangkat lunak (bahan) dan perangkat keras (alat) bersama-sama dinamakan media. Dengan demikian, jelaslah bahwa media pembelajaran merupakan bagian dari  sumber belajar. Dari beberapa pengertian tentang  media pembelajaran, maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim pesan ke penerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat peserta didik pada saat proses pembelajaran.
Dari keseluruhan pengertian di atas, secara umum dapat dikatakan bahwa substansi dari media pembelajaran adalah: (1) bentuk saluran, yang digunakan untuk menyalurkan pesan, informasi atau bahan pelajaran kepada penerima pesan atau pembelajar, (2) berbagai jenis komponen dalam lingkungan pembelajar yang dapat merangsang pembelajar untu belajar, (3) bentuk alat fisik yang dapat yang dapat menyajikan pesan serta merangsang pembelajar untuk belajar, dan (4) bentuk-bentuk komunikasi yang dapat merangsang pembelajar untuk belajar, baik cetak maupun audio, visual, dan audio-visual.


BAB II
MODEL ASSURE

A.      Pengertian Model Pembelajaran ASSURE
Model ASSURE adalah jembatan antara peserta didik, materi, dan semua bentuk media, berbasis teknologi dan bukan teknologi. Model ini mengasumsikan bahwa cara pembelajaran tidak hanya menggunakan buku teks, tetapi juga memungkinkan untuk menggabungkan belajar di luar kelas dan teknologi ke dalam materi pelajaran. Artinya, model ini memastikan pengembangan instruksional dimaksudkan untuk membantu pendidik dalam pengembangan instruksi yang sistematis dan efektif. Hal ini digunakan untuk membantu para pendidik mengatur proses belajar dan melakukan penilaian hasil belajar peserta didik. Model ASSURE didasarkan pada enam proses belajar bahwa:
1.       Analyze Learners.
2.       State Objectives.
3.       Select Methods, Media and Materials.
4.       Utilize Media, and Materials.
5.       Require Learner Participation.
6.       Evaluate and Revise.

B.      Langkah-langkah Model ASSURE dalam Pembelajaran
1.       Analiyze Learners (Menganalisis Pembelajar)
Media pembelajaran dan teknologi dapat digunakan secara efektif, apabila adanya kecocokan antara karakteristik perserta didik dan isi media, metode dan material. Sebelum merancang cara penyampaian yang efektif, maka perlu mengetahui siapa peserta didik, harus terbiasa dengan peserta didik dalam penyampaian agar dapat dimengerti. Oleh karena itu, langkah pertama Model ASSURE adalah menganalisis peserta didik. Dalam menganalisis ada tiga langkah yang harus di periksa:
a.       Karakteristik umum
Merupakan gambaran dari kelas keseluruhan, seperti jumlah siswa, usia, tingkat pendidikan, faktor sosial ekonomi, budaya atau etnis, keanekaragaman, dan seterusnya. Dengan demikian karakteristik pembelajaran dapat memberi pengarahan dalam membantu memilih metode pembelajaran dan media.

b.      Kompetensi spesifik (specific kompetensi)
Merupakan gambaran dari jenis pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki peserta didik baik atau kurangnya ketrampilan yang dimiliki sebelum memenuhi syarat yang akan dicapai dalam ketrampilan dan tingkah laku.
c.       Gaya belajar (learning style)
Merupakan gambaran dari prefensi gaya belajar masing-masing peserta didik. Artinya sifat psikologis lah yang mempengaruhi bagaimana kita menanggapi rangsangan yang berbeda. Pertama-tama Pendidik akan mengamatigaya belajar peserta didik, yang diantaranya gaya belajar auditorial, visual, dan kinestetik.Pendidikkemudian akan menentukan pengelolaan informasi dari kebiasaan peserta didik. Kategori ini berisi berbagai variabel yang terkait dengan bagaimana kecenderunganindividu dalam pemrosesan informasi kognitif. Terakhir pendidik akan menentukan faktor fisiologis dan motivasi terhadap peserta didik. Ketika pendidik menggunakan faktor motivasi perlu mempertimbangkan hal-hal seperti kecemasan, tingkat struktur, motivasi berprestasi, motivasisosial, kehati-hatian, dan daya saing. Yang paling mempengaruhi faktor fisiologis adalah perbedaan seksual, kesehatan, dan kondisi lingkungan. Jadi, dalam setiap kelas karakter peserta didik berbeda-beda dalam gaya belajarnya, yang terbaik adalah menggabungkan banyak cara untuk menyajikan informasi sebanyak mungkin.

2.       State Objectives (Merumuskan Tujuan Pembelajaran)
Langkah kedua dalam model pembelajaran ASSURE adalah cara penyampaian State Objectives. Kinerja dari tujuan digunakan untuk menyatakan gambaran apa yang siswa harapkan dari hasil pembelajaran. Dengan demikian, tujuannya adalah gambaran dari hasil pembelajaranyang bertujuan untuk pelajaran dan harus bersifat spesifik mungkin serta harus ditulis dengan menggunakan format ABCD. Persyaratan penulisan ABCD agar tujuannya tercapai adalah :
a.       Audience
Pembelajaran ini diberikan untuk peserta didik, bukan pendidik, untuk lebih fokus pada apa yang peserta didik lakukan, bukan pada apa yang pendidik lakukan.

b.      Behavior
Tujuannya adalah menggambarkan kemampuan baru yang dimiliki peserta didik setelah mendapatkan pembelajaran. Jadi, perilaku atau kemampuan peserta didik yang dapat diukur dan dapat diamati perlu ditunjukkan sebagai hasil pembelajaran.
c.       Condition
Keadaan atau kondisi peserta didik bertujuan untuk menunjukkan ketrampilan atau kemampuan yang diajarkan. Sebuah pernyataan tujuan harus mencakup kondisi di mana hasilnya dapat diamati. Jadi, harus menyertakan peralatan, perkakas, alat bantu, atau referensi peserta didik yang akan digunakan atau tidak digunakan dan kondisi lingkungan khususnya tempat pembelajaran dilaksanakan.
d.      Degree
Persyaratan terakhir bertujuan agar lebih baik dalam menunjukan hasil belajar yang dapat diterima dan akan dinilai. Jadi, sejauh mana ketrampilan yang dikuasai dan dapat diterima.
Klasifikasi tujuan yang memiliki nilai praktis, serta metode yang tergantung pada State objectives yang akan dicapai pendidik dapat diklasifikasikan menurut jenis utama hasil pembelajarannya. Ada empat kategori pembelajaran.
1.       Domain Kognitif
Domain kognitif, belajar melibatkan berbagai kemampuan intelektual yang dapat diklasifikasikan baik sebagai verbal / informasi visual atau sebagai ketrampilan intelektual.
2.       Domain Afektif
Dalam domain afektif, pembelajaran melibatkan perasaan dan nilai-nilai.
3.       Motor Domain Skill
Dalam domain ketrampilan motorik, pembelajaran melibatkan atletik, manual, dan ketrampilan seperti fisik.
4.       Domain Interpersonal
Belajar melibatkan interaksi dengan orang-orang.

3.       Select methods, media and material (Memilih metode, media dan bahan ajar)
Dalam langkah ini, pendidik akan membangun jembatan antara peserta didik dan tujuan rencana sistematis untuk menggunakan media dan teknologi. Metode, media dan materi harus di pilih secara sistematis. Setelah mengetahui gaya belajar peserta didik dan memiliki gagasan yang jelas tentang apa yang akan di sampaikan,maka harus dilakukan pemilihan:
Metode pembelajaran yang di gunakan harus tepat untuk memenuhi tujuan bagi para peserta didik, yang lebih unggul daripada yang lain atau yang memberikan semua kebutuhan dalam belajar bersama, seperti kerja kelompok.
Media yang cocok untuk dipadukan sama dengan metode pembelajaran yang dipilih, tujuan, dan peserta didik. Media bisa berupa teks, gambar, video, audio, dan multimedia komputer. Penyampaian dapat disajikan dengan mencari materi yang tersedia untuk mendukung penyampaian. Materi harus sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Materi yang disediakan untuk peserta didik sesuai dengan yang dibutuhkan dalam menguasai tujuan. Materi bisa juga dimodifikasi, peserta didik bisa merancang dan membuat materi sendiri. Materi dapat berupa program perangkat lunak khusus, musik, kaset video, gambar, dan peralatan seperti overhead prejector, komputer, printer, scanner, TV dll. Materi mungkin perlu disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik atau tempat pembelajaran dan peralatan.

4.       Utilize Media, and Materials (Memanfaatkan media dan bahan ajar)
Langkah keempat dalam model pembelajaran ASSURE adalah memanfaatkan penggunaan media dan materi oleh peserta didik dan pendidik. Menjelaskan bagaimana pendidik akan menerapkan media dan materi. Untuk setiap jenis media dan materi yang tercantum di bawah dipilih, dimodifikasi, dan didesain. Pendidik harus menjelaskan secara rinci bagaimana pendidik akan menerapkannya ke dalam pelajaran, pendidik juga membantu peserta didik. Dalam memanfaatkan materi ada beberapa langkah:
a.       Preview materi
Pendidik harus melihat dulu materi sebelum mennyampaikannya dalam kelas dan selama proses pembelajaran pendidik harus menentukan materi yang tepat untuk audiens dan memperhatikan tujuannya.
b.      Siapkan bahan
Pendidik harus mengumpulkan semua materi dan media yang dibutuhkan pendidik dan peserta didik. Pendidik harus menentukan urutan materi dan penggunaan media. Pendidik harus menggunakan media terlebih dahulu untuk memastikan keadaan media.
c.       Siapkan lingkungan
Pendidik harus mengatur fasilitas yang digunakan peserta didik dengan tepat dari materi dan media sesuai dengan lingkungan sekitar.
d.      Peserta didik
Memberitahukan peserta didik tentang tujuan pembelajaran. Pendidik menjelaskan bagaimana cara agar peserta didik dapat memperoleh informasi dan cara mengevaluasi materinya.
e.      Memberikan pengalaman belajar
Mengajar dan belajar harus menjadi pengalaman, bukan suatu cobaan.

5.       Require Learner Participation (Mengembangkan peran peserta didik)
Langkah ke lima dalam model pembelajaran ASSURE adalah dengan mewajibkan partisipasi peserta didik. Peserta didik belajar paling baik jika mereka secara aktif terlibat dalam pembelajaran. Peserta didik yang pasif lebih banyak memiliki permasalahan dalam belajar, karena pendidik hanya mencoba untuk memberikan stimulus, tanpa mempedulikan respon dari peserta didik. Apapun strategi pembelajarannya pendidik harus dapat menggabungkan strategi satu dengan yang lain, diantaranya strategi tanya-jawab, diskusi, kerja kelompok, dan strategi lainnya agar peserta didik aktif dalam pembelajarannya. Dengan demikian, pendidik harus menjelaskan bagaimana cara agar setiap peserta didik belajar secara aktif.

6.       Evaluate and Review (Menilai dan memperbaiki)
Langkah terakhir dalam model pembelajaran ASSURE adalah evaluasi dan revisi. Evaluasi dan revisi merupakan komponen penting untuk mengembangkan kualitas pembelajaran. Siapa saja dapat mengembangkan dan menyampaikan pelajaran, tetapi pendidik yang baik harus benar-benar dapat merefleksi pelajaran, mengetahui tujuan, menguasai strategi pembelajaran, menguasai materi pembelajaran, dan melakukan penilaian serta dapat menentukan apakah unsur-unsur dari pelajaran itu efektif. Pendidik mungkin menemukan beberapa hal yang terlihat tidak efektif, apakah banyak peserta didik yang tidak menguasai materi. Jika terjadi itu, mungkin materi yang disampaikan belum tepat untuk tingkatan kelas itu. Keefektifan dalam strategi pembelajaran juga bisa terjadi, misalnya peserta didik tidak termotivasi atau strategi itu sulit dilaksanakan pendidik. Oleh karena itu, evaluasi adalah langkah yang penting untuk menilai prestasi peserta didik dan menilai metode pembelajaran dan media yang digunakan.
Revisi merupakan langkah terakhir dari siklus pembelajaran yang juga merupakan hal yang penting untuk melihat hasil data gatering dari evaluasi. Jadi, kita dengan jelas memahami evaluasi akhir, langkah dan revisi. Kesemuanya adalah siklus yang terjadi terus-menerus dalam model ASSURE agar penggunaan media pembelajaran efektif.

C. Penerapan Model Assure Pada Pembelajaran Produktif Multimedia Siswa  Kelas XI Semester  I SMK Negeri 4 Padang
1.       Analiyze Learners (Menganalisis Pembelajar)
Dalam menganalisis ada tiga langkah yang harus di periksa:
a.       Karakteristik umum
Yang termasuk dalam karakteristik umum adalah usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, etnis, kebudayaan, dan faktor sosial ekonomi. Siswa yang akan mengikuti pembelajaran ini adalah siswa SMK Negeri 4 Padang kelas XI Semester I.
Adapun karakteristik siswa SMK Negeri 4 Padang  adalah :
Usia                     : Usia rata-rata antara 16 – 17 Tahun
Jenis Kelamin       : Siswa laki-laki berjumlah 10 orang dan perempuan Berjumlah 23 orang.
Tk. Pendidikan : Rata-rata tingkat pendidikan Siswa kelas XI semester I (Multimedia) adalah dari SMP dan MTs.
Pekerjaan         : Pekerjaan orang tua siswa kelas XI semester I adalah rata-rata wiraswasta.
Etnis                     : Siswa kelas XI semester I berasal dari Minang, jawa, dll.
Kebudayaan         :    Berbeda tetap berbaur dengan siswa lain.
Sosial ekonomi     :     Berasal dari kalangan menengah ke bawah

b.      Kompetensi spesifik (specific competensi)
Siswa diberi tes awal yang berisi materi-materi yang berkaitan dengan kompetensi dasar. Dari tes yang diberikan siswa mempunyai bekal  75 % dan ini termasuk bekal yang cukup untuk mengikuti materi yang akan di ajarkan . Dan dari 25 % siswa perlu bimbingan khusus untuk mampu mengikuti materi sistem.

c.       Gaya belajar (learning style)
Dilihat dari gaya belajar yang dimiliki siswa kelas XI Semester I (Multimedia), maka media yang bisa membangkitkan motivasi dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki siswa adalah menggunakan media presentasi dengan menggunakan Powerpoint, mengadakan diskusi kelompok, latihan tugas portopolio.

2.       State Objectives (Merumuskan Tujuan Pembelajaran)
Tujuan dalam pembelajaran produktif penjualan kelas XI semester I (Multimedia) dapat dibagi menjadi:
a.       Standar kompetensi   :  Grafik disain dalam sajian multimedia
b.      Kompetensi Dasar     :  Mengidentifikasikan gambar digital.
c.       Tujuan pembelajaran : Setelah mempelajari pokok pembahasan ini yang di harapkan adalah
1.       Siswa dapat mengidentifikasi Gambar digital.
2.       Siswa dapat mengedit gambar digital.
3.       Siswa dapat mengoperasikan software gamabar digital.
4.       Siswa mampu mengabungkan gamabar digital dalam sajian Multimedia.

3.       Select methods, media and material (Memilih metode, media dan bahan ajar)
Berdasarkan analisis maka metode, media dan bahan dalam pembelajaran produktif Multimedia adalah:
a.               Metode dalam pembelajaran ini adalah : metode pembelajaran diskusi, ceramah, presentasi dan penugasan.
b.               Media dan bahan  adalah sesuai dengan karakteristik siswa dan kemampuan siswa yang telah di analisis maka media yang digunakan pada pembelajaran produktif multimedia adalah modul dan video tutorial
c.                Tugas yang diberikan pada siswa adalah tugas yang di kerjakan secara  individu.

4.       Utilize Media, and Materials (Memanfaatkan media dan bahan ajar)
Dalam memanfaatkan materi ada beberapa langkah yang harus diperhatikan yaitu :  preview materi, siapkan bahan, siapkan lingkungan, peserta didik, memberikan pengalaman belajar. Dalam pembelajaran produktif penjualan untuk menyiapkan para pemelajar meliputi:
a.       Memberikan salam.
b.      Mengabsensi siswa.
c.       Memberikan pretest secara lisan.
d.      Dan menyampaikan topik dan tujuan pembelajaran.
e.      Membagikan modul dan  video tutorial.
f.        Memberikan tugas kepada siswa, baik tugas terstruktur maupun tugas yang tidak terstruktur.

5.       Require Learner Participation (Mengembangkan peran peserta didik)
Bentuk partisipasi dalam pembelajaran ini meliputi kegiatan dalam produktif penjualan khususnya menagih pembayaran. Selain itu, diskusi, kuis singkat dan latihan aplikasi bisa memberi peluang untuk praktik dan umpan balik selama pembelajaran berlangsung. Tanya jawab dalam diskusi juga dapat merangsang siswa dalam memberikan pendapat, sanggahan secara kreatif dalam hal ini siswa dituntut aktif dan kreatif dalam belajar.

6.       Evaluate and Review (Menilai dan memperbaiki)
a.       Evaluasi
Sebelum pembelajaran dimulai, karakteristik siswa diukur untuk mengetahui apakah ada kesesuaian antara keterampilan yang dimiliki siswa dengan metode dan bahan ajar yang akan digunakan. Selama dalam proses pembelajaran, evaluasi dilakukan menggunakan umpan balik. Evaluasi yang dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung memiliki tujuan yaitu untuk mendeteksi dan mengoreksi masalah pembelajaran dan kesulitan-kesulitan yang ada. Sedangkan sesudah pembelajaran, evaluasi dilakukan dengan memberikan tes kepada siswa.
b.      Revisi
Dalam langkah ini hal-hal yang perlu di amati adalah sebagai berikut:
1.   Apakah telah sesuai antara apa yang diinginkan dan apa yang benar-benar terjadi.
2.   Tujuan pembelajaran dapat dicapai oleh siswa.
3.   Seperti apa respon siswa terhadap metode dan media pembelajaran yang dipakai.
4.   Apakah siswa puas dengan nilai bahan ajar yang dipakai.
Guru harus melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan masing-masing komponennya. Jika data evaluasi ternyata menunjukkan adanya kekurangan di bidang-bidang tertentu, maka sekarang tiba saatnya untuk kembali memperhatikan bagian yang kurang tepat tersebut.


DAFTAR PUSTAKA
Azhar Arsyad. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Bruner, J. S. 1966. Toward a Theory of Instruction. Cambridge: Harvad University.
Gagne, R.M., Briggs, L.J & Wager, W.W. 1988. Principles of Instruction Design, 3rd ed. New York: Saunders College Publishing.
Hamzah B. Uno.  2007. Model  Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif dan Efektif  Jakarta: Bumi Aksara. Hamalik, O. 1994. Media Pendidikan, cetakan ke-7. Bandung: Penerbit PT. Citra Aditya Bakti.
Heinich, R., Molenda, M., & Russel, J.D. 1993. Instructional Media and the New Technologies of Instruction, 4th ed. New York: Macmillan Publishing Company.
Ratna Wilis Dahar. 1988. Teori –Teori Belajar  Jakarta: Erlangga.
Smaldino, Sharon.E, dkk. 2011. Instructional Technology & Media For Learning. Jakarta: Kencana Prenada Media Group..
Sadiman, A.S., Rahardjo, R., Haryono, A., & Rahadjito. 1990. Media Pendidikan: pengertian, pengembangan dan pemanfaatannya, edisi 1. Jakarta: Penerbit CV. Rajawali.
Sudjana, N. & Rivai, A. 1992. Media Pengajaran. Bandung: Penerbit CV. Sinar Baru Badung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar