BAB
I
TEORI
PEMBELAJARAN DAN MEDIA
A. Teori – teori Belajar
Belajar adalah
suatu proses kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya.
Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan
lingkungannya. Dalam tautan di bawah ini akan dikemukakan empat jenis teori
belajar, yaitu: (I) teori behaviorisme; (II) teori belajar kognitif menurut
Piaget; (III) teori pemrosesan informasi dari Gagne, dan (IV) teori belajar
gestalt.
1. Teori Behaviorisme
Behaviorisme
merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi
fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain,
behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan
individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih
refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai
individu.
Beberapa hukum
belajar yang dihasilkan dari pendekatan behaviorisme ini, diantaranya
a.
Connectionism ( S-R Bond) menurut Thorndike.
Dari eksperimen
yang dilakukan Thorndike terhadap kucing menghasilkan hukum-hukum belajar,
diantaranya:
-
Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons
menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan Stimulus – Respons akan semakin
kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons, maka
semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara Stimulus- Respons.
-
Law of Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu
pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pendayagunaan satuan
pengantar (conduction unit), dimana unit-unit ini menimbulkan kecenderungan
yang mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
-
Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara
Stimulus dengan Respons akan semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan
akan semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih.
b.
Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov
Dari eksperimen
yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum belajar,
diantaranya :
-
Law of Respondent Conditioning yakni hukum
pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan
(yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus
lainnya akan meningkat.
-
Law of Respondent Extinction yakni hukum
pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent
conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka
kekuatannya akan menurun.
c.
Operant Conditioning menurut B.F. Skinner
Dari eksperimen yang dilakukan B.F.
Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan
hukum-hukum belajar, diantaranya:
-
Law of operant conditining yaitu jika timbulnya
perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan
meningkat.
-
Law of operant extinction yaitu jika timbulnya
perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi
stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.
Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan. Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning.
Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan. Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning.
d.
Social Learning menurut Albert Bandura
Teori belajar
sosial atau disebut juga teori observational learning adalah sebuah teori
belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar
lainnya. Berbeda dengan penganut Behaviorisme lainnya, Bandura memandang
Perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond),
melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara
lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar belajar
menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial
dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku
(modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui
pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan
perilaku sosial mana yang perlu dilakukan. Sebetulnya masih banyak tokoh-tokoh
lain yang mengembangkan teori belajar behavioristik ini, seperti : Watson yang
menghasilkan prinsip kekerapan dan prinsip kebaruan, Guthrie dengan teorinya
yang disebut Contiguity Theory yang menghasilkan Metode Ambang (the treshold
method), metode meletihkan (The Fatigue Method) dan Metode rangsangan tak
serasi (The Incompatible Response Method), Miller dan Dollard dengan teori
pengurangan dorongan.
2. Teori Belajar Kognitif menurut Piaget
Piaget merupakan
salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor aliran konstruktivisme.
Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak digunakan sebagai rujukan untuk
memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori tentang tahapan
perkembangan individu. Menurut Piaget bahwa perkembangan kognitif individu
meliputi empat tahap yaitu : (1) sensory motor; (2) pre operational; (3)
concrete operational dan (4) formal operational. Pemikiran lain dari Piaget
tentang proses rekonstruksi pengetahuan individu yaitu asimilasi dan akomodasi.
James Atherton (2005) menyebutkan bahwa asisimilasi adalah “the process by
which a person takes material into their mind from the environment, which may
mean changing the evidence of their senses to make it fit” dan akomodasi adalah
“the difference made to one’s mind or concepts by the process of assimilation” Dikemukakannya
pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap
perkembangan kognitif peserta didik.
Implikasi teori
perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
Bahasa dan cara
berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan
menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak. Anak-anak akan
belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus
membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya. Bahan
yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing. Berikan
peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya. Di dalam kelas,
anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan
teman-temanya.
3. Teori Pemrosesan Informasi dari Robert
Gagne
Asumsi yang
mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat
penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari
pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan
informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk
hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara
kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi
internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil
belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi
eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam
proses pembelajaran.
Menurut Gagne
tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu, (1) motivasi; (2)
pemahaman; (3) pemerolehan; (4) penyimpanan; (5) ingatan kembali; (6)
generalisasi; (7) perlakuan dan (8) umpan balik.
4. Teori Belajar Gestalt
Gestalt berasal
dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai “bentuk atau
konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa
tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan.
Aplikasi teori
Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
Pengalaman tilikan
(insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam
proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu
kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa. Pembelajaran
yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan
menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna
hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat
penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah
dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik
hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya. Perilaku
bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku
bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya
dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan
efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena
itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan
membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
Prinsip ruang hidup
(life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan
dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki
keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik. Transfer
dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran
tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi
dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi
tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam
tata-susunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip
pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan
umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah
menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi
untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh
karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai
prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.
B. Teori Media
Belajar adalah
suatu proses kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya.
Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan
lingkungannya. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran media merupakan bagian
yang terpisahkan dari proses belajar
mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan
pembelajaran di sekolah khususnya. Kata media berasal dari bahasa lain yaitu
madius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Dalam
bahasa arab, media adalah perantara pesan pengirim kepada penerima pesan.
Gerlach dan Ely
dalam Azhar (1996) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar
adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa
mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap dalam pengertian ini,
guru, buku teks dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus
pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai
alat-alat grafis, photografis atau elektronik untuk menangkap, memproses dan
menyusun kembali informasi visual atau verbal. Banyak ahli yang memberikan
batasan tentang media pembelajaran. AECT misalnya mengatakan bahwa media
pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan orang untuk menyalurkan
pesan.
Gagne mengartikan
media sebagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang
mereka untuk belajar. Senada dengan itu, Briggs mengartikan media sebagai alat
untuk memberikan perangsang bagi siswa agar terjadi proses belajar. Keutamaan
media pelajaran adalah beragamnya hal yang dapat dijadikan pembelajaran untuk
melakukan pemaknaan. Penggunaan media dalam pembelajaran diutamakan sebagai
alat bantu yang mampu memberikan informasi secara nyata, konkrit dan sederhana.
Istilah media
bahkan sering dikaitkan atau digantikan dengan kata teknologi yang berasal dari
kata tekne (bahasa inggris art) dan logos (bahasa Indonesia Ilmu). Menurut
Webster dalam Azhar (1996), “art” adalah keterampilan (skill) yang diperoleh
lewat pengalaman, studi dan observasi, dengan demikian teknologi tidak lebih
dari suatu ilmu yang membahas tentang keterampilan yang diperoleh lewat
pengalaman, studi, dan observasi. Bila di hubungkan dengan pendidikan dan
pembelajaran, maka teknologi mempunyai pengertian sebagai berikut: perluasan
konsep tentang media. Dimana teknologi bukan sekedar benda, alat, bahan atau
perkakas, tetapi tersimpul pula sikap pembuatan organisasi dan manajemen yang
berhubungan dengan penerapan ilmu Achsin
dalam Azhar (1996).
Kata media berasal
dari kata medium yang secara harfiah artinya perantara atau pengantar. Banyak
pakar tentang media pembelajaran yang memberikan batasan tentang pengertian
media. Menurut EACT yang dikutip oleh
Rohani (1997 : 2) “media adalah segala
bentuk yang dipergunakan untuk proses penyaluran informasi”. Sedangkan
pengertian media menurut Djamarah (1995 : 136) adalah “media adalah alat bantu
apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai Tujuan
pembelajaran”. Selanjutnya ditegaskan oleh Purnamawati dan Eldarni (2001 : 4)
yaitu : “media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga terjadi proses belajar”.
Media berasal dari
bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang secara harfiah berarti
“Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan
penerima pesan. Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran.
Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa
pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Sementara itu,
Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk
menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan
sebagainya. Sedangkan, National Education Associaton (1969) mengungkapkan bahwa
media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun
pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Dari ketiga pendapat di
atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta
didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta
didik.
Brown (1973)
mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Pada
mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk
mengajar yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad Ke
–20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio,
sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini
penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan
interaktif, seperti adanya komputer dan internet.
Media memiliki
beberapa fungsi, diantaranya :
1.
Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan
pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik
berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman
anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media
pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak
mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa
ke peserta didik. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model,
maupun bentuk gambar – gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan
audial.
2.
Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang
kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas
oleh para peserta didik tentang suatu obyek, yang disebabkan, karena : (a)
obyek terlalu besar; (b) obyek terlalu kecil; (c) obyek yang bergerak terlalu
lambat; (d) obyek yang bergerak terlalu cepat; (e) obyek yang terlalu kompleks;
(f) obyek yang bunyinya terlalu halus; (f) obyek mengandung berbahaya dan
resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat
disajikan kepada peserta didik.
3.
Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi
langsung antara peserta didik dengan lingkungannya.
4.
Media menghasilkan keseragaman pengamatan
5.
Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar,
konkrit, dan realistis.
6.
Media membangkitkan keinginan dan minat baru.
7.
Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak
untuk belajar.
8.
Media memberikan pengalaman yang
integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak
Terdapat berbagai jenis media belajar, diantaranya:
·
Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan,
poster, kartun, komik
·
Media Audial : radio, tape recorder,
laboratorium bahasa, dan sejenisnya
·
Projected still media : slide; over head
projektor (OHP), in focus dan sejenisnya
·
Projected motion media : film, televisi, video
(VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya.
Sejalan dengan perkembangan IPTEK penggunaan media,
baik yang bersifat visual, audial, projected still media maupun projected
motion media bisa dilakukan secara bersama dan serempak melalui satu alat saja
yang disebut Multi Media. Contoh : dewasa ini penggunaan komputer tidak hanya
bersifat projected motion media, namun dapat meramu semua jenis media yang
bersifat interaktif.
Allen mengemukakan tentang hubungan antara media
dengan tujuan pembelajaran, sebagaimana terlihat dalam tabel di bawah ini :
Jenis Media
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
Gambar Diam
|
S
|
T
|
S
|
S
|
R
|
R
|
Gambar Hidup
|
S
|
T
|
T
|
T
|
S
|
S
|
Televisi
|
S
|
S
|
T
|
S
|
R
|
S
|
Obyek Tiga Dimensi
|
R
|
T
|
R
|
R
|
R
|
R
|
Rekaman Audio
|
S
|
R
|
R
|
S
|
R
|
S
|
Programmed Instruction
|
S
|
S
|
S
|
T
|
R
|
S
|
Demonstrasi
|
R
|
S
|
R
|
T
|
S
|
S
|
Buku teks tercetak
|
S
|
R
|
S
|
S
|
R
|
S
|
Keterangan :
R = Rendah S = Sedang
T= Tinggi
1 = Belajar Informasi
faktual
2 = Belajar
pengenalan visual
3 = Belajar prinsip,
konsep dan aturan
4 = Prosedur belajar
5= Penyampaian
keterampilan persepsi motorik
6 = Mengembangkan
sikap, opini dan motivasi
Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media
harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin
dicapai. Contoh : bila tujuan atau kompetensi peserta didik bersifat
menghafalkan kata-kata tentunya media audio yang tepat untuk digunakan. Jika
tujuan atau kompetensi yang dicapai bersifat memahami isi bacaan maka media
cetak yang lebih tepat digunakan. Kalau tujuan pembelajaran bersifat motorik
(gerak dan aktivitas), maka media film dan video bisa digunakan. Di samping
itu, terdapat kriteria lainnya yang bersifat melengkapi (komplementer),
seperti: biaya, ketepatgunaan; keadaan peserta didik; ketersediaan; dan mutu
teknis.
Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan
pesan (Bovee, 1997). Media Pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan
digunakan untuk menyampaikan pesan
pembelajaran. Pembelajaran adalah proses komunikasi antara pembelajar,
pengajar, dan bahan ajar. Dapat dikatakan bahwa, bentuk komunikasi tidak akan
berjalan tanpa bantuan sarana untuk menyampaikan pesan. Bentuk-bentuk stimulus
dapat dipergunakan sebagai media, di antaranya adalah hubungan atau interaksi
manusia, realitas, gambar bergerak atau tidak, tulisan dan suara yang direkam.
Maka dengan kelima bentuk stimulus ini, akan membantu pembelajar mempelajari
bahan pelajaran. Atau, dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk stimulus yang
dapat dipergunakan sebagai media pembelajaran adalah suara, lihat, dan gerakan.
Banyak batasan atau pengertian yang dikemukakan para ahli
tentang media, di antaranya adalah: Asosiasi Teknologi dan Komunikasi
Pendidikan (Association of Education and Communication Technology - AECT) di
Amerika, membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang
untuk menyalurkan pesan atau informasi. National Education Association (NEA),
mengatakan bahwa “media “ adalah bentuk-bentuk komunikasi baik cetak maupun
audio-visual serta peralatannya. Gagne (1970), mengatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen atau
sumber belajar dalam lingkungan pembelajar yang dapat merangsang pembelajar
untuk belajar. Briggs (1970), mengatakan media adalah segala wahana atau alat
fisik yang dapat menyajikan peran serta merangsang, pembelajar untuk belajar.
Scramm, mengatakan media adalah teknologi pembawa informasi atau pesan
instruksional. Yusuf Hadi Miarso, mengatakan bahwa media adalah segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemajuan
pembelajar sehingga dapat mendorong terjadinya prdoses belajar pada diri
pembelajarnya. Maka secara umum media adalah “ alat bantu “ yang dapat
digunakan dalam proses pembelajaran.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran adalah sarana pendidikan yang dapat digunakan sebagai perantara
dalam proses pembelajaran untuk mempertinggi efektifitas dan efesiensi dalam
mencapai tujuan pengajaran. Dalam pengertian yang lebih luas media pembelajaran
adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih
mengefektifkan omunikasi dan interaksi antara pengajar dan pembelajar dalam
proses pembelajaran di kelas.
Dengan demikian, kalau ada teknologi pembelajaran produktif
penjualan misalnya, maka itu akan membahas masalah bagaimana kita memakai media
dan alat bantu dalam proses mengajar produktif penjualan, akan membahas masalah
keterampilan, sikap, perbuatan, dan strategi mengajar produktif penjualan.
Suatu konsep lain yang sangat berkaitan dengan media pembelajaran adalah
istilah sumber belajar. Bagaimana kaitan antara media belajar dengan sumber
belajar? Sumber belajar memiliki cakupan yang lebih luas daripada media belajar.
Sumber belajar bisa berupa pesan, orang, bahan, alat, teknik dan
latar/lingkungan. Jadi yang dinamakan media sebenarnya adalah bahan dan alat
belajar tersebut. Bahan sering di sebut
perangkat lunak (software), sedangkan alat juga di sebut sebagai
perangkat keras (hardware).
Transparansi program kaset audio dan program video adalah
beberapa contoh bahan belajar. Bahan belajar tersebut hanya berupa bisa disajikan jika ada alat, misalnya
berupa OHP, Radio Cassette dan Video Player. Jadi salah satu atau kombinasi
perangkat lunak (bahan) dan perangkat keras (alat) bersama-sama dinamakan
media. Dengan demikian, jelaslah bahwa media pembelajaran merupakan bagian
dari sumber belajar. Dari beberapa
pengertian tentang media pembelajaran,
maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim pesan ke penerima pesan
sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat peserta didik
pada saat proses pembelajaran.
Dari keseluruhan pengertian di atas, secara umum dapat
dikatakan bahwa substansi dari media pembelajaran adalah: (1) bentuk saluran,
yang digunakan untuk menyalurkan pesan, informasi atau bahan pelajaran kepada
penerima pesan atau pembelajar, (2) berbagai jenis komponen dalam lingkungan
pembelajar yang dapat merangsang pembelajar untu belajar, (3) bentuk alat fisik
yang dapat yang dapat menyajikan pesan serta merangsang pembelajar untuk
belajar, dan (4) bentuk-bentuk komunikasi yang dapat merangsang pembelajar
untuk belajar, baik cetak maupun audio, visual, dan audio-visual.
BAB
II
MODEL
ASSURE
A. Pengertian Model Pembelajaran ASSURE
Model ASSURE adalah jembatan antara peserta didik, materi,
dan semua bentuk media, berbasis teknologi dan bukan teknologi. Model ini mengasumsikan
bahwa cara pembelajaran tidak hanya menggunakan buku teks, tetapi juga
memungkinkan untuk menggabungkan belajar di luar kelas dan teknologi ke dalam
materi pelajaran. Artinya, model ini memastikan pengembangan instruksional
dimaksudkan untuk membantu pendidik dalam pengembangan instruksi yang
sistematis dan efektif. Hal ini digunakan untuk membantu para pendidik mengatur
proses belajar dan melakukan penilaian hasil belajar peserta didik. Model
ASSURE didasarkan pada enam proses belajar bahwa:
1.
Analyze Learners.
2.
State Objectives.
3.
Select Methods, Media and Materials.
4.
Utilize Media, and Materials.
5.
Require Learner Participation.
6.
Evaluate and Revise.
B. Langkah-langkah Model ASSURE dalam
Pembelajaran
1.
Analiyze Learners (Menganalisis Pembelajar)
Media pembelajaran
dan teknologi dapat digunakan secara efektif, apabila adanya kecocokan antara
karakteristik perserta didik dan isi media, metode dan material. Sebelum
merancang cara penyampaian yang efektif, maka perlu mengetahui siapa peserta
didik, harus terbiasa dengan peserta didik dalam penyampaian agar dapat
dimengerti. Oleh karena itu, langkah pertama Model ASSURE adalah menganalisis
peserta didik. Dalam menganalisis ada tiga langkah yang harus di periksa:
a.
Karakteristik umum
Merupakan gambaran dari kelas
keseluruhan, seperti jumlah siswa, usia, tingkat pendidikan, faktor sosial
ekonomi, budaya atau etnis, keanekaragaman, dan seterusnya. Dengan demikian
karakteristik pembelajaran dapat memberi pengarahan dalam membantu memilih
metode pembelajaran dan media.
b.
Kompetensi spesifik (specific kompetensi)
Merupakan gambaran dari jenis
pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki peserta didik baik atau kurangnya
ketrampilan yang dimiliki sebelum memenuhi syarat yang akan dicapai dalam
ketrampilan dan tingkah laku.
c.
Gaya belajar (learning style)
Merupakan gambaran dari prefensi gaya
belajar masing-masing peserta didik. Artinya sifat psikologis lah yang
mempengaruhi bagaimana kita menanggapi rangsangan yang berbeda. Pertama-tama
Pendidik akan mengamatigaya belajar peserta didik, yang diantaranya gaya
belajar auditorial, visual, dan kinestetik.Pendidikkemudian akan menentukan
pengelolaan informasi dari kebiasaan peserta didik. Kategori ini berisi berbagai
variabel yang terkait dengan bagaimana kecenderunganindividu dalam pemrosesan
informasi kognitif. Terakhir pendidik akan menentukan faktor fisiologis dan
motivasi terhadap peserta didik. Ketika pendidik menggunakan faktor motivasi
perlu mempertimbangkan hal-hal seperti kecemasan, tingkat struktur, motivasi
berprestasi, motivasisosial, kehati-hatian, dan daya saing. Yang paling
mempengaruhi faktor fisiologis adalah perbedaan seksual, kesehatan, dan kondisi
lingkungan. Jadi, dalam setiap kelas karakter peserta didik berbeda-beda dalam
gaya belajarnya, yang terbaik adalah menggabungkan banyak cara untuk menyajikan
informasi sebanyak mungkin.
2.
State Objectives (Merumuskan Tujuan
Pembelajaran)
Langkah kedua dalam model
pembelajaran ASSURE adalah cara penyampaian State Objectives. Kinerja dari
tujuan digunakan untuk menyatakan gambaran apa yang siswa harapkan dari hasil
pembelajaran. Dengan demikian, tujuannya adalah gambaran dari hasil
pembelajaranyang bertujuan untuk pelajaran dan harus bersifat spesifik mungkin
serta harus ditulis dengan menggunakan format ABCD. Persyaratan penulisan ABCD
agar tujuannya tercapai adalah :
a.
Audience
Pembelajaran ini diberikan untuk
peserta didik, bukan pendidik, untuk lebih fokus pada apa yang peserta didik
lakukan, bukan pada apa yang pendidik lakukan.
b.
Behavior
Tujuannya adalah menggambarkan
kemampuan baru yang dimiliki peserta didik setelah mendapatkan pembelajaran.
Jadi, perilaku atau kemampuan peserta didik yang dapat diukur dan dapat diamati
perlu ditunjukkan sebagai hasil pembelajaran.
c.
Condition
Keadaan atau kondisi peserta didik
bertujuan untuk menunjukkan ketrampilan atau kemampuan yang diajarkan. Sebuah
pernyataan tujuan harus mencakup kondisi di mana hasilnya dapat diamati. Jadi,
harus menyertakan peralatan, perkakas, alat bantu, atau referensi peserta didik
yang akan digunakan atau tidak digunakan dan kondisi lingkungan khususnya
tempat pembelajaran dilaksanakan.
d.
Degree
Persyaratan terakhir bertujuan agar
lebih baik dalam menunjukan hasil belajar yang dapat diterima dan akan dinilai.
Jadi, sejauh mana ketrampilan yang dikuasai dan dapat diterima.
Klasifikasi tujuan yang memiliki
nilai praktis, serta metode yang tergantung pada State objectives yang akan
dicapai pendidik dapat diklasifikasikan menurut jenis utama hasil
pembelajarannya. Ada empat kategori pembelajaran.
1.
Domain Kognitif
Domain kognitif, belajar melibatkan
berbagai kemampuan intelektual yang dapat diklasifikasikan baik sebagai verbal
/ informasi visual atau sebagai ketrampilan intelektual.
2.
Domain Afektif
Dalam domain afektif, pembelajaran
melibatkan perasaan dan nilai-nilai.
3.
Motor Domain Skill
Dalam domain ketrampilan motorik,
pembelajaran melibatkan atletik, manual, dan ketrampilan seperti fisik.
4.
Domain Interpersonal
Belajar melibatkan interaksi dengan
orang-orang.
3.
Select methods, media and material (Memilih metode,
media dan bahan ajar)
Dalam langkah ini,
pendidik akan membangun jembatan antara peserta didik dan tujuan rencana
sistematis untuk menggunakan media dan teknologi. Metode, media dan materi
harus di pilih secara sistematis. Setelah mengetahui gaya belajar peserta didik
dan memiliki gagasan yang jelas tentang apa yang akan di sampaikan,maka harus
dilakukan pemilihan:
Metode
pembelajaran yang di gunakan harus tepat untuk memenuhi tujuan bagi para
peserta didik, yang lebih unggul daripada yang lain atau yang memberikan semua
kebutuhan dalam belajar bersama, seperti kerja kelompok.
Media yang cocok
untuk dipadukan sama dengan metode pembelajaran yang dipilih, tujuan, dan
peserta didik. Media bisa berupa teks, gambar, video, audio, dan multimedia komputer.
Penyampaian dapat disajikan dengan mencari materi yang tersedia untuk mendukung
penyampaian. Materi harus sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Materi yang
disediakan untuk peserta didik sesuai dengan yang dibutuhkan dalam menguasai
tujuan. Materi bisa juga dimodifikasi, peserta didik bisa merancang dan membuat
materi sendiri. Materi dapat berupa program perangkat lunak khusus, musik,
kaset video, gambar, dan peralatan seperti overhead prejector, komputer,
printer, scanner, TV dll. Materi mungkin perlu disesuaikan dengan kebutuhan
peserta didik atau tempat pembelajaran dan peralatan.
4.
Utilize Media, and Materials (Memanfaatkan media
dan bahan ajar)
Langkah keempat
dalam model pembelajaran ASSURE adalah memanfaatkan penggunaan media dan materi
oleh peserta didik dan pendidik. Menjelaskan bagaimana pendidik akan menerapkan
media dan materi. Untuk setiap jenis media dan materi yang tercantum di bawah
dipilih, dimodifikasi, dan didesain. Pendidik harus menjelaskan secara rinci
bagaimana pendidik akan menerapkannya ke dalam pelajaran, pendidik juga
membantu peserta didik. Dalam memanfaatkan materi ada beberapa langkah:
a.
Preview materi
Pendidik harus melihat dulu materi
sebelum mennyampaikannya dalam kelas dan selama proses pembelajaran pendidik
harus menentukan materi yang tepat untuk audiens dan memperhatikan tujuannya.
b.
Siapkan bahan
Pendidik harus mengumpulkan semua
materi dan media yang dibutuhkan pendidik dan peserta didik. Pendidik harus
menentukan urutan materi dan penggunaan media. Pendidik harus menggunakan media
terlebih dahulu untuk memastikan keadaan media.
c.
Siapkan lingkungan
Pendidik harus mengatur fasilitas
yang digunakan peserta didik dengan tepat dari materi dan media sesuai dengan
lingkungan sekitar.
d.
Peserta didik
Memberitahukan peserta didik tentang
tujuan pembelajaran. Pendidik menjelaskan bagaimana cara agar peserta didik
dapat memperoleh informasi dan cara mengevaluasi materinya.
e.
Memberikan pengalaman belajar
Mengajar dan belajar harus menjadi
pengalaman, bukan suatu cobaan.
5.
Require Learner Participation (Mengembangkan
peran peserta didik)
Langkah ke lima
dalam model pembelajaran ASSURE adalah dengan mewajibkan partisipasi peserta
didik. Peserta didik belajar paling baik jika mereka secara aktif terlibat
dalam pembelajaran. Peserta didik yang pasif lebih banyak memiliki permasalahan
dalam belajar, karena pendidik hanya mencoba untuk memberikan stimulus, tanpa
mempedulikan respon dari peserta didik. Apapun strategi pembelajarannya
pendidik harus dapat menggabungkan strategi satu dengan yang lain, diantaranya
strategi tanya-jawab, diskusi, kerja kelompok, dan strategi lainnya agar
peserta didik aktif dalam pembelajarannya. Dengan demikian, pendidik harus
menjelaskan bagaimana cara agar setiap peserta didik belajar secara aktif.
6.
Evaluate and Review (Menilai dan memperbaiki)
Langkah terakhir dalam
model pembelajaran ASSURE adalah evaluasi dan revisi. Evaluasi dan revisi
merupakan komponen penting untuk mengembangkan kualitas pembelajaran. Siapa
saja dapat mengembangkan dan menyampaikan pelajaran, tetapi pendidik yang baik
harus benar-benar dapat merefleksi pelajaran, mengetahui tujuan, menguasai
strategi pembelajaran, menguasai materi pembelajaran, dan melakukan penilaian
serta dapat menentukan apakah unsur-unsur dari pelajaran itu efektif. Pendidik
mungkin menemukan beberapa hal yang terlihat tidak efektif, apakah banyak
peserta didik yang tidak menguasai materi. Jika terjadi itu, mungkin materi
yang disampaikan belum tepat untuk tingkatan kelas itu. Keefektifan dalam
strategi pembelajaran juga bisa terjadi, misalnya peserta didik tidak termotivasi
atau strategi itu sulit dilaksanakan pendidik. Oleh karena itu, evaluasi adalah
langkah yang penting untuk menilai prestasi peserta didik dan menilai metode
pembelajaran dan media yang digunakan.
Revisi merupakan
langkah terakhir dari siklus pembelajaran yang juga merupakan hal yang penting
untuk melihat hasil data gatering dari evaluasi. Jadi, kita dengan jelas
memahami evaluasi akhir, langkah dan revisi. Kesemuanya adalah siklus yang
terjadi terus-menerus dalam model ASSURE agar penggunaan media pembelajaran
efektif.
C. Penerapan Model Assure Pada Pembelajaran
Produktif Multimedia Siswa Kelas XI
Semester I SMK Negeri 4 Padang
1.
Analiyze Learners (Menganalisis Pembelajar)
Dalam menganalisis ada tiga langkah
yang harus di periksa:
a.
Karakteristik umum
Yang termasuk
dalam karakteristik umum adalah usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
pekerjaan, etnis, kebudayaan, dan faktor sosial ekonomi. Siswa yang akan
mengikuti pembelajaran ini adalah siswa SMK Negeri 4 Padang kelas XI Semester I.
Adapun
karakteristik siswa SMK Negeri 4 Padang
adalah :
Usia : Usia rata-rata antara 16 – 17 Tahun
Jenis Kelamin : Siswa laki-laki berjumlah 10 orang dan
perempuan Berjumlah 23 orang.
Tk. Pendidikan : Rata-rata tingkat pendidikan Siswa
kelas XI semester I (Multimedia) adalah dari SMP dan MTs.
Pekerjaan : Pekerjaan orang tua siswa
kelas XI semester I adalah rata-rata wiraswasta.
Etnis : Siswa kelas XI semester I berasal dari
Minang, jawa, dll.
Kebudayaan :
Berbeda tetap berbaur dengan siswa lain.
Sosial ekonomi :
Berasal dari kalangan menengah ke bawah
b.
Kompetensi spesifik (specific competensi)
Siswa diberi tes
awal yang berisi materi-materi yang berkaitan dengan kompetensi dasar. Dari tes
yang diberikan siswa mempunyai bekal 75
% dan ini termasuk bekal yang cukup untuk mengikuti materi yang akan di ajarkan
. Dan dari 25 % siswa perlu bimbingan khusus untuk mampu mengikuti materi
sistem.
c.
Gaya belajar (learning style)
Dilihat dari gaya
belajar yang dimiliki siswa kelas XI Semester I (Multimedia), maka media yang
bisa membangkitkan motivasi dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki siswa
adalah menggunakan media presentasi dengan menggunakan Powerpoint, mengadakan
diskusi kelompok, latihan tugas portopolio.
2.
State Objectives (Merumuskan Tujuan
Pembelajaran)
Tujuan dalam pembelajaran produktif
penjualan kelas XI semester I (Multimedia) dapat dibagi menjadi:
a.
Standar kompetensi : Grafik
disain dalam sajian multimedia
b.
Kompetensi Dasar :
Mengidentifikasikan gambar digital.
c.
Tujuan pembelajaran : Setelah mempelajari pokok
pembahasan ini yang di harapkan adalah
1.
Siswa dapat mengidentifikasi Gambar digital.
2.
Siswa dapat mengedit gambar digital.
3.
Siswa dapat mengoperasikan software gamabar
digital.
4.
Siswa mampu mengabungkan gamabar digital dalam
sajian Multimedia.
3.
Select methods, media and material (Memilih
metode, media dan bahan ajar)
Berdasarkan
analisis maka metode, media dan bahan dalam pembelajaran produktif Multimedia
adalah:
a.
Metode dalam pembelajaran ini adalah : metode
pembelajaran diskusi, ceramah, presentasi dan penugasan.
b.
Media dan bahan
adalah sesuai dengan karakteristik siswa dan kemampuan siswa yang telah
di analisis maka media yang digunakan pada pembelajaran produktif multimedia
adalah modul dan video tutorial
c.
Tugas yang diberikan pada siswa adalah tugas
yang di kerjakan secara individu.
4.
Utilize Media, and Materials (Memanfaatkan media
dan bahan ajar)
Dalam memanfaatkan
materi ada beberapa langkah yang harus diperhatikan yaitu : preview materi, siapkan bahan, siapkan
lingkungan, peserta didik, memberikan pengalaman belajar. Dalam pembelajaran
produktif penjualan untuk menyiapkan para pemelajar meliputi:
a.
Memberikan salam.
b.
Mengabsensi siswa.
c.
Memberikan pretest secara lisan.
d.
Dan menyampaikan topik dan tujuan pembelajaran.
e.
Membagikan modul dan video tutorial.
f.
Memberikan tugas kepada siswa, baik tugas
terstruktur maupun tugas yang tidak terstruktur.
5.
Require Learner Participation (Mengembangkan
peran peserta didik)
Bentuk partisipasi
dalam pembelajaran ini meliputi kegiatan dalam produktif penjualan khususnya
menagih pembayaran. Selain itu, diskusi, kuis singkat dan latihan aplikasi bisa
memberi peluang untuk praktik dan umpan balik selama pembelajaran berlangsung.
Tanya jawab dalam diskusi juga dapat merangsang siswa dalam memberikan
pendapat, sanggahan secara kreatif dalam hal ini siswa dituntut aktif dan
kreatif dalam belajar.
6.
Evaluate and Review (Menilai dan memperbaiki)
a.
Evaluasi
Sebelum
pembelajaran dimulai, karakteristik siswa diukur untuk mengetahui apakah ada
kesesuaian antara keterampilan yang dimiliki siswa dengan metode dan bahan ajar
yang akan digunakan. Selama dalam proses pembelajaran, evaluasi dilakukan
menggunakan umpan balik. Evaluasi yang dilakukan pada saat proses pembelajaran
berlangsung memiliki tujuan yaitu untuk mendeteksi dan mengoreksi masalah
pembelajaran dan kesulitan-kesulitan yang ada. Sedangkan sesudah pembelajaran,
evaluasi dilakukan dengan memberikan tes kepada siswa.
b.
Revisi
Dalam langkah ini
hal-hal yang perlu di amati adalah sebagai berikut:
1.
Apakah telah sesuai antara apa yang diinginkan
dan apa yang benar-benar terjadi.
2.
Tujuan pembelajaran dapat dicapai oleh siswa.
3.
Seperti apa respon siswa terhadap metode dan
media pembelajaran yang dipakai.
4.
Apakah siswa puas dengan nilai bahan ajar yang
dipakai.
Guru harus melakukan refleksi terhadap proses
pembelajaran yang telah dilakukan masing-masing komponennya. Jika data evaluasi
ternyata menunjukkan adanya kekurangan di bidang-bidang tertentu, maka sekarang
tiba saatnya untuk kembali memperhatikan bagian yang kurang tepat tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Azhar Arsyad.
2002. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Bruner, J. S.
1966. Toward a Theory of Instruction. Cambridge: Harvad University.
Gagne, R.M.,
Briggs, L.J & Wager, W.W. 1988. Principles of Instruction Design, 3rd ed.
New York: Saunders College Publishing.
Hamzah B.
Uno. 2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar
Mengajar Yang Kreatif dan Efektif
Jakarta: Bumi Aksara. Hamalik, O. 1994. Media Pendidikan, cetakan ke-7.
Bandung: Penerbit PT. Citra Aditya Bakti.
Heinich, R.,
Molenda, M., & Russel, J.D. 1993. Instructional Media and the New
Technologies of Instruction, 4th ed. New York: Macmillan Publishing Company.
Ratna Wilis
Dahar. 1988. Teori –Teori Belajar
Jakarta: Erlangga.
Smaldino,
Sharon.E, dkk. 2011. Instructional Technology & Media For Learning.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group..
Sadiman, A.S.,
Rahardjo, R., Haryono, A., & Rahadjito. 1990. Media Pendidikan: pengertian,
pengembangan dan pemanfaatannya, edisi 1. Jakarta: Penerbit CV. Rajawali.
Sudjana, N.
& Rivai, A. 1992. Media Pengajaran. Bandung: Penerbit CV. Sinar Baru
Badung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar