BAB
I
Pendahuluan
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pelatihan dan pengembangan sering kita dengar dalam dunia
kerja di perusahaan, organisasi, lembaga, atau bahkan dalam instansi
pendidikan. Hal ini dapat diasumsikan bahwa pelatihan dan pengembangan sangat
penting bagi tenaga kerja untuk bekerja lebih menguasai dan lebih baik terhadap
pekerjaan yang dijabat atau akan dijabat kedepan. Tidak terlalu jauh dalam
instansi pendidikan, pelatihan dan pengembangan sering dilakukan sebagai upaya
meningkatkan kinerja para tenaga kerja pendidikan yang dianggap belum mampu
untuk mengemban pekerjaannya karena faktor perkembangan kebutuhan masyarakat
dalarn pendidikan. Secara deskripsi tertentu potensi para pekerja pendidikan
mungkin sudah memenuhi syarat administarasi pada pekerjaanya, tapi secara
aktüal para pekerja pendidikan harus mengikuti atau mengimbangi perkembangan
pendidikan sesuai dengan tugas yang dijabat atau yang akan dijabatnya. Hal ini
yang mendorong pihak instansi pendidikan untuk memfasilitasi atau memasililatori
pelatihan dan pengembangan karir para tenaga kerja pendidikan guna mendapatkan
hasil kinerja yang balk, etèktif dan efisien.
Salah satu fungsi manajemen surmberdaya manusia adalah
training and development artinya bahwa untuk mendapatkan tenaga kerja pendidikan
yang bersumberdaya manusia yang baik dan tepat sangat perlu pelatihan dan
pengembangan. Hal ini sebagal upaya untuk mempersiapkan para tenaga kerja
pendidikan untuk menghadapi tugas pekerjaan jabatan yang dianggap belum
menguasainya. Management thought yang
dikernukakan Taylor, bahwa tenaga kerja membutuhkan latihan kerja yang tepat.
Teori ini sangat tepat untuk rnenghindari kemungkinan terburuk dalam kemampuan
dan tanggungjawab bekerja, sehingga dalam menyelesaikan tugas jabatan lebih
efektif dan efIsien sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Dalam instansi
pendidikan biasanya para tenaga kerja yang akan menduduki jabatan baru yang
tidak didukung dengan pendidikannya atau belum mampu melaksanakan tugasnya,
biasanya upaya yang ditempuh adalah dengan melakukan pelatihan dan pengembangan
karir. Dengan melalui pelatihan dan pengembangan, tenaga kerja akan mampu
mengerjakan, meningkatkan, mengembangkan pekerjaannya. Dalam kaitannya dengan
tema ini, pemakalah mencoba dengan menyajiKan point-point penting yang ada
kaitannya dengan pelatihan dai pengembangan sebagai berikut: Pengertian,
tujuan, jenis-jenisnya, tahapan-tahapannya, tekniknya, manfaat dan
kelemahannya.
B. Rumusan Masalah
·
Apa
pengertian pelatihan dan pengembangan ?
·
Apa
saja jenis pelatihan dan pengembangan ?
·
Bagai
mana proses pelatihan dan pengembangan ?
·
Apa
tujuan pelatihan dan pengembangan ?
·
Apa
manfaat pelatihan dan pengembangan ?
·
Apa
saja kelemahan pelatihan dan pengembangan ?
·
Bagai
mana teknik-teknik pelatihan dan pengembangan?
C. Tujuan
·
Untuk
mengetahi pengertian pelatihan dan pengembangan
·
Untuk
mengetahui jenis pelatihan dan pengembangan
·
Untuk
mengetahui tahapan proses pelatihan dan pengembangan
·
Untuk
mengetahui tujuan pelatihan dan pengembangan
·
Untuk
mengetahui manfaat pelatihan dan pengembangan
·
Untuk
mengetahui kelemahan pelatihan dan pengembangan
·
Untuk
mengetahui teknik-teknik pelatihan dan pengembangan
BAB
II
Pembahasan
Pembahasan
A.
Pengertian
Pelatihan dan Pengembangan
Pelatihan (training) merupakan proses pembelajaran yang
melibatkan perolehan keahlian, konsep, peraturan, atau sikap untuk meningkatkan
kinerja tenaga kerja.(Simamora:2006:273). Menurut pasal I ayat 9 undang-undang
No.13 Tahun 2003. Pelatihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh,
meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin,
sikap, dan etos kerja pada tingkat ketrampilan dan keahlian tertentu sesuai
dengan jenjang dan kualifikasi jabatan dan pekerjaan.
Pengembangan (development) diartikan sebagai penyiapan
individu untuk memikul tanggung jawab yang berbeda atau yang Iebih tinggi dalam
perusahaan, organisasi, lembaga atau instansi pendidikan,
Menurut (Hani Handoko:2001:104) pengertian latihan dan
pengembangan adalah berbeda. Latihan (training) dimaksudkan untuk memperbaiki
penguasaan berbagal ketrampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu, terinci
dan rutin. Yaitu latihan rnenyiapkan para karyawan (tenaga kerja) untuk
melakukan pekerjaan-pekerjaan sekarang. Sedangkan pengembangan (Developrnent)
mempunyai ruang lingkup Iebih luas dalam upaya untuk memperbaiki dan
meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap dlan sifat-sifat kepribadian.
(Gomes:2003:197) Mengemukakan pelatihan adalah setiap usaha
untuk memperbaiki performansi pekerja pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang
menjadi tanggungjawabnya. Menurutnya istilah pelatihan sering disamakan dengan
istilah pengembangan, perbedaannya kalau pelatihan langsung terkait dengan
performansi kerja pada pekerjaan yang sekarang, sedangkan pengembangan tidaklah
harus, pengembangan mempunyai skcope yang lebih luas dibandingkan dengan
pelatihan.
Pelatihan Iebih terarah pada peningkatan kemampuan dan
keahlian SDM organisasi yang berkaitan dengan jabatan atau fungsi yang menjadi
tanggung jawab individu yang bersangkutan saat ini (current job oriented).
Sasaran yang ingin dicapai dan suatu program pelatihan adalah peningkatan
kinerja individu dalam jabatan atau fungsi saat ini.
Pengembangan cenderung lebih bersifat formal, menyangkut
antisipasi kemampuan dan kealian individu yang harus dipersiapkan bagi
kepentingan jabatan yang akan datang. Sasaran dan program pengembangan
menyangkut aspek yang lebih luas yaitu peningkatan kemampuan individu untuk
mengantisipai perubahan yang mungkin terrjadi tanpa direncanakan (unplened
change) atau perubahan yang direncanakan (planed change). (Syafaruddin:200 1:2
17).
Hal serupa dikemukakan (Hadari:2005:208). Pelatihan adaah
program- program untuk memperbaiki kernampuan melaksanakan pekerjaan secara
individual, kelompok dan/atau berdasarkan jenjang jabatan dalam organisasi atau
perusahaan. Sedangkan pengembangan karir adalah usaha yang diakukan secara
formal dan berkelanjutan dengan difokuskan pada peningkatan dan penambahan
kemampuan seorang pekerja. Dan pengertian ini menunjukkan bahwa fokus
pengernbangan karir adalah peningkatan kemampuan mental tenaga kerja.
lstilah pelatihan dan pengembangan merujuk pada struktur
total dan program di dalam dan luar pekerjaan karyawan yang dimanfaatkan
perusahaan dalam mengembangkan keterampilan dan pengetahuan, utamanya untuk
kinerja pekerjaan dan promosi karir. Biasanya pelatihan merujuk pada
pengembangan keterampilan bekerja (vocational) yang dapat digunakan dengan
segera. (Sjafri :2003: 135).
B.
Jenis
Pelatihan dan Pengembangan
Terdapat banyak pendekatan untuk pelatihan. Menurut
(Simamora:2006 :278) ada lima jenis-jenis pelatihan yang dapat diselenggarakan:
1.
Pelatihan
Keahlian
Pelatihan keahlian (skils training)
merupakan pelatihan yang sering di jumpai dalam organisasi. program pelatihaannya
relatif sederhana: kebutuhan atau kekuragan diidentifikasi rnelalui penilaian
yang jeli. kriteria penilalan efekifitas pelatihan juga berdasarkan pada
sasaran yang diidentifikasi dalam tahap penilaian.
2.
Pelatihan
Ulang.
Pelatihan ulang (retraining) adalah
subset pelatihan keahilan. Pelatihan ulang berupaya memberikan kepada para
karyawan keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk menghadapi tuntutan kerja
yang berubah-ubah. Seperti tenaga kerja instansi pendidikan yang biasanya
bekerja rnenggunakan mesin ketik manual mungkin harus dilatih dengan mesin
computer atau akses internet
3.
Pelatihan
Lintas Fungsional.
Pelatihan lintas fungsional (cros
fungtional training) melibatkan pelatihan karyawan untuk melakukan aktivitas
kerja dalam bidang lainnya selain dan pekerjan yang ditugaskan.
4.
Pelatihan
Tim.
Pelatihan tim merupakan bekerjasarna
terdiri dari sekelompok Individu untuk menyelesaikan pekerjaan demi tujuan
bersama dalam sebuah tim kerja.
5.
Pelatihan
Kreatifitas.
Pelatihan kreatifitas(creativitas
training) berlandaskan pada asumsi hahwa kreativitas dapat dipelajari.
Maksudnya tenaga kerja diberikan peluang untuk mengeluarkan gagasan sebebas
mungkin yang berdasar pada penilaian rasional dan biaya dan kelaikan.
Adapun perbedaan antara pelatihan dan pengembangan menurut
(Syafaruddin:2001:217).
a.
Pelatihan.
Tujuan:
Peningkatan kemampuan individu bagi kepentingan jabatan saat ini.
Sasaran:
Peningkatan kinerja jangka pendek.
Orientasi:
Kebutuhan jabatan sekarang.
Efek
terhadap karir: Keterkaitan dengan karir relatif rendah.
b. Pengembangan.
Tujuan: Peningkatan kemampuan
individu bagi kepentingan jabatan yang akan datang.
Sasaran:
Peningkatan kinerja jangka panjang.
Orientasi:
Kebutuhan perubahan terencana atau tidak terencana.
Efek
terhadap karir: Keterkaitan dengan karir relatif tinggi.
C.
Tahapan
Proses Pelatihan dan Pengembangan
Sebelum pelatihan dapat diselenggarakan, kabutuhan akan hal
itu perlu dianalisis lebih dahulu. Hal demikian disebut sebagai langkah/tahapan
penilaian dari proses pelatihan. Menurul (Sjafri:2003:140). setelah tahap
analisis kebutuhan dilakukan, maka harus melakukan beberapa tahapan berikutnya:
1.
Penilaian kebutuhan pelatihan.
a. Penilaian kebtuhan perusahaan.
b. Penilaian kebutuhan tugas.
c. Penilaian kebutuhan karyawan.
2.
Perumusan tujuan pelatihan.
Perumusan tujuan pelatihan harus ada
keterkaitan antara input, output, outcome, dan impact dan pelatihan itu
sendiri.
3.
Prinsip-prinsip pelatihan.
a. partisipasi
b. pendalaman
c. relevansi
d. pengalihan
e. umpan balik
f. suasana nyaman
g. memiliki criteria
4.
Merancang dan menyeleksi prosedur pelatihan.
a. Pelatihan instruksi pekerjaan
b. Perputaran pekerjaan
c. Magang dan pelatihan
d. Kuliah dan presentasi
e. Permainan peran dan pemodelan perilaku
f. Studi kasus
g. Simulasi
h. Studi mandiri dan pembelajaran
program
i. Pelatihan laboratorium
j. Pembelajaran aksi
Dalam tahapan ini menurut (Gomes:2003:204) terdapat paling
kurang tiga tahapan utama dalam pelatihan dan pengembangan, yakni: penentuan
kebutuhan pelatihan, desain program pelatihan, evaluasi program pelatihan.
1.
Penentuan
kebutuhan pelatihan (assessing training needs)
Adalah lebih sulit untuk menilai
kebutuhan-kebutuhan pelatihan bagi para pekerja yang ada daripada
mengorientasikan para pegawai yang baru. Dari satu segi kedua-duanya sama.
Tujuan penentuan kebutuhan pelatihan ini adalah untuk mengumpulkan sebanyak
mungkin informasi yang relevan guna mengetahui dan atau/menentukan apakah perlu
atau tidaknya pelatihan dalam organisasi tersebut.
Dalam tahapan ini terdapat tiga macam kebutuhan akan
pelatihan yaitu:
a). General treatment need, yaitu penilaian
kebutuhan pelatihan bagi semua pegawai dalam suatu klasifikasi pekerjaan tanpa
memperhatikan data mengenai kinerja dari seseorang pegawai tertentu.
b). Oversable performance discrepancies,
yaitu jenis penilaian kebutuhan pelatihan yang didasarkan pada hasil pengamatan
terhadap berbagai permasalahan, wawancara, daftar pertanyaan, dan
evaluasi/penilaian kinerja, dan dengan cara meminta para pekerja untuk
mengawasi sendiri hasil kerjanya sendiri.
c). Future
human resources neeeds, yaitu jenis keperluan pelatihan ini tidak berkaitan
dengan ketidak sesuaian kinerja, tetapi Iebih berkaitan dengan sumberdaya
manusia untuk waktu yang akan datang.
2.
Mendesain
program pelatihan (desaigning a training program)
Sebenarnya persoalan performansi
bisa disiatasi melalui perubahan dalam system feedback, seleksi atau imbalan,
dan juga melalui pelatihan. Atau akan Iebih mudah dengan melakukan pemecatan terhadap
pegawai selama masa percobaannya.
Jika pelatihan merupakan Solusi
terbaik maka para manajer atau supervisor harus memutuskan program pelatihan
yang tepat yang bagaimana yang harus dijalankan. Ada dua metode dan pririsip
bagi pelatihan:
a. Metode pelatihan.
Metode peIathan yang tepat
tergantung kepada tujuannya. Tujuan atau sasaran pelatihan yang berbeda akan
berakibat pemakaian metode yang berheda pula.
b. Prinsip umum bagi metode pelatihan
Terlepas dari berhagai metode yang
ada, apapun bentuk metode yang dipilh, metode tersebut harus rnemenuhi
prinsip—prinsip seperti:
1 .Memotivasi para peserta
pelatihan.
2. Memperlihatkan
ketrampilan-ketrampilan.
3. Harus konsisten dangan isi
pelatihan.
4.Peserta berpartisipasi aktif.
5. Memberikan kesempatan untuk
perluasan ketrampilan.
6. Memberikan feedback.
7. Mendorong dari hasil pelatihan ke
pekerjaan.
8. Harus efektif dari segi biaya.
3.
Evaluasi
efektifitas program (evaluating training program effectivenees).
Supaya efektif, pelatihan haru
merupakan suatu solusi yang tepat bagi permasalahan organisasi, yakni bahwa
pelatihan tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki kekurangan keterampilan. Untuk
meningkatkan usaha belajarnya,para pekerja harus menyadari perlunya perolheanb
informasi baru atau mempelajari keterampilan-keterampilan baru, dan keinginan
untuk belajar harus dipertahankan. Apa saja standar kinerja yang telah
ditetapkan, sang pegawai tidak harus dikecewakan oleh pelatih yang menuntut
terlalu banyak atau terlalau sedikit.
Tujuan dari tahapan ini adalah untuk
menguji apakah pelatihan tersebut efektif di dalam mencapai sasaran-sasarannya
yang telah ditetapkan. Ini menghendaki identifikasi dan pengembangan kriteria
tertentu.
a. Tipe-tipe efektifitas program pelatihan.
Program
pelatihan bisa dievaluasi berdasarkan informasi yang bisa diperoleh pada lima
tingkatan:
1. Reactions : Ukuran mengenai reaksi
ini didesain untuk mengetahui opini dari para peserta mengenai program
pelatihan. Usaha untuk mendapatkan opini para peserta tentang pelatihan ini,
terutama didasarkan pada beberapa alasan utama, seperti: untuk mengetahui
sejauh mana para peserta merasa puas dengan program untuk maksud diadakannya
bebrapa revisi atas program pelatihan, untuk menjamin agar para peserta yang
lain bersikap represif untuk mengikuti program pelatihan.
2. Learning : Informasi yang ingin
diperoleh melalui jenis evaluasi ini adalah mengetahi seberapa jauh para
peserta menguasai konsep-konsep, pengetahuan, keterampilan-keterampilan yang
diberikan selama pelatihan.
3. Behaviors: Perilaku dari para
peserta, sebelum dan sesudah pelatihan, dapat dibandingkan guna mengetahui
tingkat pengaruh pelatihan terhadap perubahan performansi mereka. Langkah ini
penting karena sasaran dari pelatihan adalah untuk mengubah perilaku atau
performansi para peseerta pelatihan setelah diadakan program pelatihan.
4. Organizational result: tujuan dari
pengumpulan informasi pada level ini adalah untuk menguji dampak pelatihan
terhadap kelompok kerja atau organisasi secara keseluruhan.
5. Cost effectivity: ini dimaksudkan
untuk mengetahui besarnya biaya yang dihabiskan bagi program pelatihan, dan
apakah besarnya biaya untuk pelatihan tersebut terhitung kecil atau besar
dibandingkan biaya yang timbul dari permasalah yang dialami oleh organisasi.
c.
Model-model
penialaian effektifitas pelatihan.
Proses evaluasi itu sendiri bisa
mendorong para pegawai untuk meningkatkan produktifitasnya. Untuk mengetahui
dampak dari pelatihan itu secara keseluruhan terhadap hasil atau performansi
seseorang atau suatu kelompok tertentu, umumnya terdapat dua pilihan model
penilaian yaitu: 1. Uncontrolled model. 2. Controlled model.
Model pertama ini bisanya tidak
memakai kelompok pembanding dalam melakukan penilaian damapak pelatihan
terhadap hasil dan/atau performansi kerjanya.
Sedangkan model kedua adalah model
yang dalam melakukan penilaian efektivitas program pelatihan menggunakan sestem
membanding yaitu membandingkan hasil dari orang atau kelompok yang tidak
mengikuti pelatihan.
Menurut (Dessler:2004:217). Program pelatihan terdiri dari
lima langkah:
Pertama : Langkah analisis kebutuhan, yaitu
mengetahui keterampilan kerja spesifik yang dibutuhkan, menganalisa
keterampilan dan kebutuhan calon yang akan dilatih, dan mengembangkan
pengetahuan khusus yang terukur serta tujuan perestasi.
Kedua : Merancang instruksi, untuk
memutuskan, menyusun, dan menghasilkan isi program pelatihan, termasuk buku
kerja, latihan dan aktivitas.
Ketiga : lagkah validasi, yaitu program
pelatihan dengan menyajiakn kepada beberapa orang yang bisa mewakili.
Keempat : menerapkan program itu, yaitu melatih
karyawan yang ditargetkan.
Kelima : Langkah evaluasi dan tindak lanjut,
dimana manejemen menilai keberhasilan atau kegagalan program ini:
Terdapat tiga tahapan yang harus tercakup dalam proses pelatihan
(Simamora:2006:285) yaitu:
1.
Tahapan penilaian
2.
Tahapan pelatihan dan pengembangan
3.
Tahapan evaluasi
D.
Tujuan
pelatihan dan pengembangan
Tujuan diselenggarakan peltihan dan pengembangan kerja
menurut (Simamora:2006:276) diaeahkan untuk membekali, meningkatkan, dan
mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan kemampuan, produktivitas dan
kesejahteraan. Adapun tujuan-tujuannya sebagai berikut:
1. Memperbaiki kinerja
karyawan-karyawannya yang bekerja secara tidak memuaskan karena kekurangan
keterampilan merupakan calon utama pelatihan, kendatipun tidak dapat memecahkan
semua masalah kinerja yang efektif, progaram pelatihan dan pengembangan yang
sehat sering berfaedah dalam meminimalkan masalah ini.
2. Memuktahirkan keahlian para karyawan
sejalan dengan kemajuan teknologi. Melalui pelatihan, pelatih memastikan bahwa
karyawan dapat megaplikasikan teknologi baru secara efektif. Perubahan
teknologi pada gilirannya, berarti bahwa pekerjaan senantiasa berubah dan
keahlian serta kemampuan karyawan haruslah dimuktahirkan melalui pelatihan,
sehingga kemajuan teknologi dapat diintgrasikan dalam organisasi secara sukses.
3. Mengurangi waktu pembelajaran bagi
karyawan baru agar kompoten dalam pekerjaan. Seorang karywan baru acap kali
tidak menguasai keahlian dan kemampuan yang dibutukan untuk menjadi ”job
comotent” yaitu mencapai output dan standar mutu yang diharapkan.
4. Membantu memecahkan msalah
orperasional. Para manejer harus mencapai tujuan mereka dengan kelangkaan dan
kelimpahan suber daya: kelangkaan sumberdaya finansial dan sumberdaya
teknologis manusia (human tecnilogical resourse), dan kelimpahan masalah
keuangan, manusia dan teknologis.
5. Mempersiapkan karyawan untuk promosi
satu cara untuk menarik, menahan, dan memotivasi karyawan adalah melalui
program pengembangan karir yang sistematis. Pengembangan kemampuan promosional
karyawan konsisten dengan kebijakan sumberdaya manusia untuk promosi dari
dalam: pelatihan adalah unsur kunci dalam sistem pengembangan karir. Dengan
secara berkesinambungan mengembangkan dan mempromosikan semberdaya manusianya
melalui pelatihan, manejer dapat menikmati karyawan yang berbobot, termotivasi
dan memuaskan.
6. Mengorientasikan karyawan terhadap
organisasi, karena alasan inilah, beberapa penyelenggara orientasi melakukan
upaya bersama dengan tujuan mengorientasikan para karyawan baru terhadap
organisasi dan bekerja secara benar.
7. Memenuhi kebutuhan pertumbuhan
pribadi. Misalnya sebagian besar manejer adalah berorientasi pencapaian dan
membutuhkan tantangan baru dipekerjaannya. Pelatihan dan pengembangan dapat
memainkan peran ganda dengan menyediakan aktivitas-aktivitas yang menghasilkan
efektifitas organisasional yang lebih besar dan meningkatkan pertumbuhan
pribadi bagi semua karyawan.
E.
Manfaat
pelatihan dan pengembangan
Pelatihan mempunyai andil besar dalam menentukan efektifitas
dan efisiensi organisasi. Beberapa manfaat nyata yang ditangguk dari program
pelatihan dan pengembangan (Simamora:2006:278) adalah:
1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas
produktivitas.
2. Mengurangi waktu belajar yang
diperlukan karyawan untuk mencapai standar kinerja yang dapat diterima.
3. Membentuk sikap, loyalitas, dan
kerjasama yang lebih menguntungkan.
4. Memenuhi kebutuhan perencanaan
semberdaya manusia
5. Mengurangi frekuensi dan biaya
kecelakaan kerja.
6. Membantu karyawan dalam peningkatan
dan pengembangan pribadi mereka.
Manfaat di atas membantu baik individu maupun organisasi.
Program pelatihan yang efektif adalah bantuan yang berharga dalam perencanaan
karir dan sering dianggap sebagai penyembuh penyakit organisasional. Apabila
produktivitas tenaga kerja menurun banyak manejer berfikir bahwa solusinya
adalah pelatihan. Program pelatihan tidak mengobati semua masalah
organisasional, meskipun tentu saja program itu berpotensi untuk memperbaiki
situasi tertentu sekiranya program dijalankan secara benar.
F.
Kelemahan
pelatihan dan pengembangan
Beberapa kelemahan pelatih dapat menyebabkan gagalnya sebuah
program peltihan. Suatu pemahaman terdahap masalah potensial ini harus
dijelaskan selama pelatihan pata trainer. (Simamora:2006:282).
Kelemahan-kelemahan meliputi:
1. Pelatihan dan pengembangan dianggap
sebagai obat untuk semua penyakit organisasional.
2. Partisipan tidak cukup termotivasi
untuk memusatkan perhatian dan komitmen mereka.
3. Sebuah teknik dianggap dapat diterapkan
disemua kelompok, dalam semua situasi, dengan keberhasilan yang sama.
4. Kinerja partisipan tidak dievaluasi
begitu kayawan telah kembali kepekerjaannya.
5. Informasi biaya-manfaat untuk mengevaluasi
program pelatihan tidak dikumpulkan.
6. Ketidakadaan atau kurangnya dukungan
manajemen.
7. Peran utama penyelia/atasan tidak
diakui.
8. Pelatihan bakal tidak akan pernah
cukup kuat untuk menghasilkan perbaikan kinerja yang dapat diveifikasi.
9. Sedikit atau tidak ada persiapan
untuk tindak lanjut.
G.
Teknik-teknik
pelatihan dan pengembangan
Program-program pelatihan dan pengembangan dirancang untuk
meningkatkan perestasi kerja, mengurangi absensi dan perputaran, serta
memperbaiki kepuasan kerja. Ada dua kategor pokok program pelatihan dan
pengembangan manajemen. (Decenzo&Robbins:1999:230):
The most popular training and
development methods used by organization can be classified as either on-the-job
training. In the following pages, we will briefly introsce the better know
techniques of each category.
1.
Metode
praktis (on the job training)
2.
Teknik-teknik
presentasi informasi dan metode-metode simulasi (off the job training)
Masing-masing kategori mempunyai sasaran pengajaran sikap
konsep atau pengetahuan dan keterampilan utama yang berbeda. Dalam pemilihan
teknik tertentu untuk dugunakan pada program pelatihan dan pengembangan, ada
beberapa trade off. Ini berarti tidak ada satu teknik yang selalu baik, metode
tergantung pada sejauh mana suatu teknik memenuhi faktor-faktor berikut:
1. Efektivitas biaya.
2. Isi program yang dikehendaki
3. Kelayakan fasilitas-fasilitas
4. Preferensi dan kemampuan peserta
5. Preferensi dan kemampuan instruktur atau pelatih
6. Prinsip-prinsip belajar
Teknik-teknik on the job merupakan metode latihan yang
paling banyak digunakan. Karyawan dilatih tentang pekerjaan baru dengan
sepervise langsung seorang pelatih yang berpengalaman (biasanya karyawan lain).
Berbagai macam teknik ini yang bisa digunakan dalam praktek adalah sebagai
berikut:
1. Rotasi jabatan
2. Latihan instruksi pekerjaan
3. Magang (apprenticeships)
4. Coaching
5. Penugasan sementara
Teknik-teknik off the job, dengan pendekatan ini karyawan
peserta latihan menerima representasi tiruan (articial) suatu aspek organisasi
dan diminta untuk menanggapinya seperti dalam keadaan sebenarnya. Dan tujuan
utama teknik presentrasi (penyajian) informasi adalah untuk mengajarkan
berbagai sikap, konsep atau keterampilan kepada para peserta. Metode yang bisa
digunakan adalah:
1. Metode studi kasus
2. Kuliah
3. Studi sendiri
4. Program computer
5. Komperensi
6. Presentasi
Implementasi program pelatihan dan pengembangan berfungsi
sebagai proses transformasi. Pata tenaga kerja (karyawan) yang tidak terlatih diubah
menjadi karyawan-karyawan yang berkemampuan dan berkulitas dalam bekerja,
sehingga dapat diberikan tanggungjawab lebih besar.
BAB
III
Kesimpulan
Kesimpulan
Pelatihan lebih terarah pada peningkatan kemampuan dan
keahlian SDM organisasi yang berkaitan dengan jabatan atau fungsi yang menjadi
tanggung jawab individu yang bersangkutan saat ini (current job oriented).
Sasaran yang ingin dicapai dari suatu program pelatihan adalah peningkatan
kinerja individu dalam jabatan atau funsi saat ini.
Pengembangan lebih cenderung bersifat formal, menyangkut
antisipasi kemampuan dan keahlian inividu yang harus dipersiapkan bagi
kepentingan jabatan yang akan
datang.
Pelatihan dan pengembangan merupakan salah satu solusi
terhadap sejumlah problem penurunan kualitas kinerja organisasi atau lembaga
dan instansi yang disebabkan oleh penurunan kemampuan dan keusangan keahlian
yang dimiliki oleh karyawan atau tenaga kerja.
Pelatihan dan pengembangan bukanlah solusi utama yang dapat
menyelesaikan semua persoalan organisasi, lembaga atau sebuah instansi. Tetapi
mengarah pada peningkatan kinerja para karyawan atau tenaga kerja yang baik dan
benar. Dan tujuan pelatihan dan pengembangan adalah untuk merubah sikap,
perilaku, pengalaman dan performansi kinerja.
Pelatihan merupakan penciptaan suatu lingkungan dimana
kalangan tenaga kerja dapat memperoleh dan mempejari sikap, kemampuan,
keahlian, pengetahuan perilaku spesifik yang berkaitan dengan pekerjaan.
Pelatihan merupakan serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan
keahlian, pengetahuan, pengalaman, ataupun perubahan sikap seseorang inidividu.
Pengembangan adalah penyiapan individu untuk mengemban
tanggung jawab yang berbeda atau lebih tinggi di dalam organisasi. Pengembangan
biasanya berkaitan dengan peningkatan kemampuan intelektual atau emosional yang
diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan yang lebih baik.
Daftar
Rujukan
Alwi,
Syafaruddin. (200 ). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE Decenzo,
D.A.( 1999). Human recources Managemen. Sixth edition. Newyork: John Wiley
& Sons.lnc
Dessler,
Gary. (2004). Sumber Daya Manusia, Penerjemah Eli Tanya Jakarta: PT. Indeks.
Judul asli Human Resource Managemen .(2003) pretince-Hall, inc, Upper Saddle
River. New Jersey
Wilson
Bangun. (2012). Manajemen sumber daya manusia. Jakarta: erlangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar